Senin, 28 Maret 2016

Mengapa menikah? Bagian I


  Saat kebanyakan pasangan melangkah ke pernikahan, kepekaan mereka akan realita terganggu oleh khayalan dan fantasi, dan ilusi romantis yang sangat emosional ini dapat menetralkan pertumbuhan positif dari pernikahan mereka. Pengharapan dan fantasi yang tak realistis menciptakan jurang di antara keduanya dan menyebabkan timbulnya kekecewaan. Setiap orang dalam pernikahan dapat menciptakan fantasi detil yang sulit dipenuhi oleh pasangannya maupun pernikahan itu sendiri.
  Banyak pernikahan dewasa ini bagaikan rumah yang dibangun diatas pasir, diatas dasar yang lemah, yakni mimpi-mimpi. Saat kita bermimpi, pikiran kita tidak perlu membedakan antara realita dan fantasi, sehingga kita dapat berkreasi tanpa batas. Karena itu, seringkali mimpi kita adalah titik awal dari kesuksesan suatu usaha; namun mimpi yang tak diikuti perencanaan yang matang biasanya tidak menjadi kenyataan.
  Pernikahan yang dibangun diatas mimpi besar resikonya, karena mimpi tidak mempertimbangkan kekecewaan dan perubahan yang tak terelakkan. Ketika cuaca berubah, hujan realita dan angin stres bertiup dalam pernikahan, hubungan yang seharusnya mengikat mereka hancur berderai. Banyak hal yang harus dikerjakan untuk mewujudkan mimpi daripada sekadar mengharapkan menjadi kenyataan.
  Membangun pernikahan yang baik berarti Anda harus menyediakan waktu untuk mendefinisikan kembali peran, keyakinan dan perilaku serta menegosiasikan perbedaan-perbedaan yang ada dengan pasangan Anda. Pemanfaatan ruang dalam rumah, waktu, uang, wewenang, tradisi keluarga, ibadah, teman dan pekerjaan adalah beberapa contoh hal yang akan Anda negosiasikan.
  Pasangan yang baru menikah membutuhkan jiwa petualangan karena menikah dengan "orang asing" berarti akan ada banyak hal baru yang ditemui. Bagaimana jika yang seorang adalah "orang malam" dan lainnya "orang pagi"? Yang satunya banyak bicara di pagi hari dan lainnya di malam hari. Yang satu suka dimanja ketika sakit, sementara yang lain cenderung menyembunyikan penyakitnya dan ingin menyendiri pada saat-saat seperti itu. Yang satu suka ruangan ber-AC dan yang lain tidak. Yang satu menggunakan satu pakaian selama tiga hari, yang lain menggantinya dua kali sehari. Yang satu menggunakan handuk sekali pakai cuci, yang lain menggunakan selama seminggu. Ini hanyalah beberapa contoh dari hal-hal praktis sehari-hari yang dapat membuat pasangan menjadi jengkel. Jiwa petualangan akan membantu pasangan menyadari "Kami berbeda, tetapi tidak apa-apa."


Semoga artikel Mengapa menikah? Bagian I bermanfaat bagi Anda. Jika kamu suka dengan artikel Mengapa menikah? Bagian I ini, like dan bagikan ketemanmu.

Posting Komentar

Indahnya sebuah Pernikahan - All Right Reserved.Powered Edit by : cincin kawin